B o s



Seorang bos bukanlah seorang pemimpin dan tentu saja paling tidak enak bila seorang teman, apalagi bawahan, dengan beraninya memanggil diri kita sebagai "bos". Tak semua orang senang dengan sapaan itu. Bagi sebagian orang, sapaan itu mungkin ditujukan untuk menunjukkan kepatuhan, rasa tunduk sekaligus sebagai tanda kedekatan, tetapi bagi sebagian orang, kata "bos" bisa terkesan sinikal, atau digambarkan sebagai orang yang sok kuasa.
Dalam manajemen modern, kepemimpinan memegang peran yang sangat penting. Rasa hormat, respek dan kepatuhan dari bawahan dan orang-orang di sekitar memang sangat penting karena hal itu sangat mempengaruhi rasa percaya. Karena percaya, maka mereka akan bergerak, sekalipun mereka tidak melihat apa yang kita lihat. Karena bergerak, maka mereka akan komit dan commitment drives success. Seperti kata Dwight D. Eisenhower, "Kita tidak memimpin orang dengan menduduki kepala mereka. Itu hanya menyakitkan, bukan kepemimpinan." Pemimpin melihat, maka ia menggerakkan. Bawahan belum tentu melihat, tetapi mereka bisa saja mempercayainya. Sulit, tapi bisa saja. Mulanya hanya satu-dua orang, tetapi lama-lama menyebar menjadi semacam "kepercayaan". Mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabnya adalah kepemimpinan yang kuat, bukan ke "bos" an. E.M. Kelly menyatakan, perbedaan antara pemimpin dengan bos adalah sangat jelas. Seorang bos selalu mengatakan "Go!", sedangkan seorang pemimpin mengatakan "Let's go!"
Vaughn Beals melakukan transformasi di Harley Davidson dengan program "let's go!". Ia tidak memaksa karyawannya bekerja sungguh-sungguh, tetapi mengajak mereka bekerja dengan senang. Orang yang senang, bekerja di Harley pasti naik Harley dan berpakaian seperti layaknya pengemudi Harley. Orang-orang seperti inilah yang direkrut Vaughn Beals.
Herb Kehleher membangun South West dengan cara yang sama, maka di pesawat terbangnya, pramugari South West memberikan pelayanan tanpa tampak rasa keterpaksaan. Senyum mereka begitu lepas, tidak dibuat-buat. Di Jakarta, dulu, Marzuki Usman melakukan transformasi bursa saham dengan cara yang sama. "Saya hanya mengambil langkah-langkah berdasarkan saran-saran mereka walaupun daftarnya sudah ada di saku Saya," ujarnya suatu ketika.
Di Asia, kita sering mendengar panggilan bawahan maupun khalayak umum tentang pemimpin suatu perusahaan sebagai "big bos-nya PT X". Mendengar kata big bos biasanya pikiran kita segera mengacu pada film-film kungfu yang mempertontonkan pertarungan antara seorang jagoan melawan "big bos mafia" yang bengis, otoriter dan kasar. Dia dituruti karena ditakuti, bukan direspek karena cerdas, atau menaruh perhatian pada mereka. Dipimpin dengan rasa takut tentu memiliki dampak yang berbeda dengan dipimpin oleh rasa hormat.
Tentu saja kita bisa nervous di depan pemimpin bukan semata-mata karena takut. Kita bisa saja ingin buru-buru keluar dari ruangannya karena merasa kecil dan tak berdaya. Kita bisa terpana dan merasa sangat istimewa berada di dekat mereka sehingga menjadi tampak bodoh. Kita juga bisa merasa dikuasai karena cara mereka berbicara yang begitu menguasai masalah.
Bekerja dengan pemimpin besar memang tidak mudah. Seringkali masalahnya juga tidak selalu ada di tangan pemimpin, melainkan ada di kita. Rasa rendah diri, tidak menguasai masalah, nervous, memandang secara berlebihan, kapabilitas yang tidak memadai dan sebagainya bisa membuat kita merasa kecil dan sedang dijajah.
Tak semua pemimpin "ngebosi", dan tak semua pemimpin senang dipanggil dirinya dengan sebutan bos, tapi memang ada yang senang dipanggil bos, bahkan big bos. Semua itu sangat ditentukan oleh kultur organisasi dan kapabilitas kedua individu. Saya sendiri termasuk yang tidak senang dipanggil dengan sapaan bos. Bagi Saya sapaan ini lebih terdengar sebagai ejekan daripada rasa respek yang seharusnya ditentukan sesama manusia, setinggi apapun derajat dan tingkat kuasanya.
 

©Copyright 2011 download on damnconcept | TNB